“ ASAL USUL TAMAN MAKAM BATU LAYANG PONTIANAK UTARA “
PEMBELAJARAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI KELAS TINGGI
“
ASAL USUL TAMAN MAKAM BATU LAYANG PONTIANAK UTARA “
Dosen
: Dr. Kaswari, M. Pd
Disusun
Oleh :
Melly
Puspita Ningsih
(F1081151024)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH
DASAR JURUSAN PENDIDIKAN DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2016
Asal Usul Taman Makam Batu
layang di Pontianak Utara
Taman Makam Batu Layang – dari
namanya saja sudah bisa terlihat kalau tempat ini merupakan tempat
pemakaman. Lantas, apa yang membuatnya istimewa di Kota yang akrab dengan
sebutan Bumi Khatulistiwa ini, Makam ini menjadi istimewa karena merupakan
kompleks pemakaman dari Sultan-sultan di Pontianak beserta beberapa keluarga
Sultan, sehingga menjadi salah satu tempat yang sering di datangi wisatawan
ataupun penduduk lokal.
Lokasi Letak Taman Makam Batu Layang
ini berada sekitar 7 km dari pusat kota Pontianak atau tepatnya 2 km dari
lokasi Tugu Khatulistiwa. Lokasi makam ini berada di kelurahan Batu Layang,
Pontianak Utara
Ketika saat tiba di Taman Makam Batu
Layang, suasana warna kuning dan emas sangat mendominasi, baik dari gerbang
masuk, pagar pendopo, dinding bangunan, bahkan warna pemakamannya pun identik
dengan warna kuning dan emas. Hal ini tak lain karena warna kuning dan emas
merupakan ciri khas dari warna kebudayaan melayu yang memang menjadi
karakteristik kesultanan Kadriah dan Makam Kesultanan Pontianak di Batu Layang
merupakan aset ketiga warisan Kesultanan Pontianak sesudah Istana Kadriah dan
Mesjid Sultan Abdurrahman. Konon ketiga lokasi ini mempunyai letak dengan garis
lurus dari istana, mesjid dan makam dari arah timur ke barat. Komplek pemakaman
ini khusus bagi para Sultan Pontianak dan keluarganya dan bukan untuk umum.
Ketika kita memasuki area pemakaman,
kita diharuskan melepas alas kaki, karena Taman pemakaman ini merupakan tempat
yang sangat dijaga kebersihannya. Keunikan lain dari pemakaman ini adalah, ada
beberapa makam yang tingginya melebihi tinggi orang dewasa.
alam Taman Makam Batu Layang ini,
ada tujuh buah makam sultan, selebihnya merupakan makam dari keluarga sultan
seperti Permaisuri dan keluarga Sultan lainnya. Ketujuh Sultan yang dimakamkan
disini berdasarkan urutan dari sultan pertama hingga ketujuh adalah Sultan
Syarif Abdurrahman Al-Kadri selaku pendiri Kesultanan Kadriah, Sultan Sayid
Kasim Al-Kadri, Sultan Syarif Oesman Al-Kadri, Sultan Syarif Hamid I, Sultan
Syarif Yusuf Al-Kadri, Sultan Syarif Muhammad Al-Kadri dan terakhir Sultan
Syarif Hamid II.
Di antara makam-makam yang ada di
sini, makam Sultan Syarif Abdurahman Al-Kadri lah yang menjadi pusat pemakaman
ini, karena dibuatkan tempat atau ruangan khusus di tengah-tengah bangunan
komplek pemakaman. Ruangan tersebut agak mirip seperti bungker dan ketika kita
akan memasuki ruangan ini, jarak dinding langit-langit cukup rendah sehingga
sewaktu memasuki ruangan ini kita harus membungkuk.
Hal ini bukan tidak ada maknanya,
ketika kita membungkuk melambangkan rasa hormat pada Sultan yang menjadi pendiri
dari Kesultanan Kadriah Pontianak. Ada sebuah cerita yang berkembang di
masyarakat sekitar, jika kita berfoto di dekat makam Sultan, terkadang jika
anda beruntung, di foto itu muncul sosok sang Sultan.
![]() |
![]() |
||
Pada awalnya makam ini
sebagai makam Sultan Abdurrahman yang wafat pada tahun 1808. Sultan dan
kerabatnya telah memilih makam mereka di pinggir sungai Kapuas didaerah Batu
Layang. Tidak jelas alasan yang kuat mengapa dipilih tempat pemakaman para
Sultan itu dipinggir sungai Kapuas. Kebiasaan raja-raja Jawa atau Sumatera
membuat tempat pemakaman disuatu bukit atau disekitar mesjid. Mungkin Sultan
Syarif Abdurrahman mempunyai makna khusus yang bernilai sejarah baginya. Pada
awal kedatangannya menelusuri muara sungai Kapuas tahun 1771, ia menemukan
sebuah pulau ditengah sungai yang kemudian disebut pulau Batu Layang. Ketika ia
berhenti di pulau itu, disinilah ia mulai diganggu oleh para “hantu”
(Kuntilanak atau Pontianak) menurut dongeng. Tetapi sesungguhnya ia telah
diganggu oleh para bajak laut dan perompak yang menghalangi perjalannya
memasuki muara sungai Kapuas. Lima malam lamanya ia melawan dan menembaki para
bajak laut itu dan akhirnya ia berhasil mengalahkan para bajak laut dan
mendarat ditempat dimana kemudian ia mendirikan kerajaan Pontianak. Ditempat
awal dimana ia berhasil menghalau gangguan musuhnya bajak laut ditempat
bersejarah itu pulalah ia ingin dimakamkan yaitu di komplek Batu Layang.
Mengapa di sebut “Batu
Layang” belum di dapat keterangan yang jelas. Mungkin waktu Syarif Abdurrahman
diganggu perompak ada batu yang dilepar melayang ke perahunya. Di depan Batu
Layang terdapat sekelompok batu warna kuning yang konon selalu tumbuh dan
menjadi besar.
Alasan dari area pemakaman ini
dinamakan batu layang karena, adanya gundukan batu-batu besar di luar area
pemakaman. Batu-batu ini dicat dengan warna hijau, konon ceritanya, batu ini
dulunya berada di seberang pulau, tetapi berpindah dengan sendirinya ketempat
yang sekarang, maka dari itu dinamai Batu Layang. Namum ada yang mengatakan
jika berfoto di dekat batu itu terkadang objek yang di foto akan menghilang
yang tampak justruk sosok yang lain. Di dekat gundukkan batu ini, anda bisa
melihat benda yang di cat dengan warna kuning yang merupakan sebuah meriam. Dan
di dekat area batu layang itu terdapat pulau kecil batu layang konon itu
disebut kapal atau karang yang tenggelam.
Banyak penduduk atau wisatawan lokal
yang datang mengunjungi Taman Pemakaman Batu Layang ini untuk berziarah dan
mendoakan para Sultan dan keluarga. Selain berdoa di area pemakaman, ada juga
yang berdoa sembari beribadah di Surau yang ada di dekat area pemakaman.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusOoo bu
Hapus